Oleh: Gregory E. Ganssle, Ph.D.
Sejak Immanuel Kant pernah menulis tentang Critique of Pure Reason, telah menjadi hal yang umum bagi pemikiran orang bahwa untuk membuktikan keberadaan Tuhan adalah hal yang mustahil. Pada kenyataanya klaim ini telah diangkat pada tingkatan dogma di dalam budaya intelektual orang Amerika. Alasan yang yang dipertimbangkan sebagai dogma yang tidak diragukan ini merupakan reaksi yang saya dapatkan ketika saya menanyakannya. Ketika seseorang mengatakan "Saudara tidak dapat membuktikan keberadaan Tuhan," maka saya akan bertanya, "Bagaimana saudara tahu? Temui saya! Bagaimana saudara mengetahui apa yang dapat saya lakukan?"
Apa yang dimaksudkan orang ketika mereka menjelaskan klaim ini? Kebanyakan orang menganggap saya tidak dapat memberikan suatu pendapat yang filosofis tentang keberadaan Tuhan yang akan meyakinkan semua pemikiran orang. Sehingga mustahil untuk memberikan suatu pendapat yang akan menghasilkan kesepakatan. Mereka mengatakan jika pendapat saya tidak dapat meyakinkan orang atheis, saya belum dapat membuktikan keberadaan Tuhan. Selama saya tidak dapat meyakinkan orang atheis untuk mempercayainya, maka pendapat saya tidak menjadi suatu bukti bagi mereka. Jika pendapat saya tersebut tidak dapat menjadi suatu bukti, harus sebaik apakah itu?
Saya sepakat bahwa saya tidak dapat memberikan suatu pendapat yang dapat meyakinkan semua pemikiran orang. Tetapi apa yang ingin dikatakan kepada saya? Apakah ini menceritakan semuanya tentang Tuhan? Tidak. Hal ini lebih mengatakan tentang suatu bukti yang alami daripada pernyataan tentang apakah Tuhan ada. Saya tidak dapat memberikan suatu pendapat yang akan meyakinkan setiap orang tanpa ada keraguan bahwa Tuhan itu ada. Tapi itu bukan suatu masalah. Saudara tahu bahwa saya tidak dapat memberikan suatu pendapat bagi kesimpulan filosofis yang menarik yang akan diterima oleh setiap orang tanpa keraguan.
Saya tidak dapat membuktikan keraguan itu -bahwa saya dapat meyakinkan semua ahli filsafat- bahwa gunung Rocky benar-benar menjadi suatu obyek kebebasan pikiran. Saya tidak dapat membuktikan bahwa seluruh alam semesta tidak terbentuk dalam lima menit yang lalu dan semua ingatan kita yang nyata itu bukan ilusi. Saya tidak dapat membuktikan bahwa orang lain yang saudara temui di kampus memiliki pikiran. Mungkin mereka adalah robot yang sangat pintar.
Tidak ada kesimpulan filosofis yang menarik yang dapat dibuktikan tanpa keraguan. Jadi pendapat tentang keberadaan Tuhan tidak menghasilkan kepastian matematis yang justru dapat melemahkan masalah keberadaan Tuhan. Sederhananya hal tersebut menempatkan pertanyaan tentang keberadaan Tuhan dalam kategori yang sama seperti pertanyaan-pertanyaan lain, seperti keberadaan eksternalNya, kebebasan pemikiran dunia dan pertanyaan tentang bagaimana kita mengetahui orang lain mempunyai pikiran.
Apakah ini berarti bahwa pendapat-pendapat tentang keberadaan Tuhan sia-sia? Tidak sama sekali. Tentu saya tidak dapat memberikan suatu pendapat yang akan meyakinkan semua pemikiran orang tetapi ini tidak berarti bahwa saya tidak memiliki alasan yang baik untuk mempercayai Tuhan. Sesungguhnya beberapa alasan saya untuk mempercayai Tuhan dapat mempengaruhi saudara. Walaupun saudara tidak terpengaruh untuk mempercayai bahwa Tuhan itu ada, tapi pendapat saya tersebut tidak akan sia-sia. Sangat beralasan untuk mempercayai bahwa gunung itu nyata dan pada umumnya ingatan kita dapat dipercaya dan pemikiran orang lain juga ada. Sangat beralasan untuk mempercayai hal ini walaupun tidak dapat dibuktikan. Mungkin beberapa pendapat tentang keberadaan Tuhan akan dapat meyakinkanmu bahwa mempercayai Tuhan adalah sesuatu yang beralasan.
Jadi bagaimana kita tahu bahwa Tuhan itu ada? Daripada melihat pada kesimpulan-kesimpulan yang meragukan, lebih baik kita mempertimbangkan bukti dan pilihan yang ada. Pilihan terbaik apa yang sesuai dengan bukti itu?
Jika saudara ingin mengetahui beberapa alasan yang mendukung tentang keberadaan Tuhan, lihat artikel Apakah Tuhan itu ada?
► | Bagaimana memulai sebuah hubungan dengan Tuhan |
► | Saya ada pertanyaan… |